Bagian 3: Tubuh Tak Bersentuhan, Tapi Jiwa Terlanjur Melekat
Hubungan kami aneh.
Kami tak pernah berciuman.
Tak pernah menyentuh kulit satu sama lain.
Tapi tiap kali duduk berdua di pojok kafe yang sama…
rasanya seperti bersetubuh dalam pikiran.
Kami menertawakan hal-hal kecil.
Kami membahas puisi, lalu saling diam selama beberapa menit.
Tapi keheningan itu… nyaman.
Menegangkan.
Indah.
“Kita ini apa?” tanyaku suatu hari.
“Kita adalah yang tidak boleh ada… tapi terlalu nyata untuk dibantah,” jawab Aruna.