Bab 5: Seseorang Mulai Curiga – Bayangan yang Mengintai
Hari-hari berikutnya terasa berbeda. Meskipun kami berusaha menjaga jarak, ada sesuatu yang tak bisa disembunyikan.
Ibu mulai berubah. Tatapan matanya sering mengarah ke kami dengan rasa penasaran yang sulit disembunyikan. Setiap kali aku dan Tante Rina bertemu, seolah dia tahu ada rahasia yang tersembunyi di antara kami.
Suatu sore, ketika aku sedang belajar di ruang tamu, ibu masuk membawa secangkir teh hangat. Tapi ada kerutan di dahinya.
“Farel, kamu sehat? Kok dari tadi aku lihat kamu seperti gelisah,” katanya, mencoba bersikap biasa.
Aku tersenyum dipaksakan. “Iya, Bu. Mungkin karena tugas skripsi makin banyak.”
Ibu mengangguk, tapi sorot matanya tidak melepas. Dia berdiri agak lama, seolah mempertimbangkan sesuatu.
Malam harinya, aku kembali ke kamar dengan pikiran yang berat. Tante Rina menungguku di ruang tamu, wajahnya cemas.
“Kamu yakin Ibu nggak curiga?” tanyaku pelan.
Dia menghela napas. “Aku mulai merasa dia tahu. Tapi dia diam saja. Mungkin dia sedang mencari cara.”
Aku menggenggam tangannya erat. “Apa yang harus kita lakukan?”
“Berhati-hati. Jangan sampai rahasia ini menghancurkan semua,” jawabnya dengan suara lembut tapi penuh peringatan.
Hari-hari berikutnya penuh dengan perasaan campur aduk. Cinta yang membara, tapi juga rasa takut yang menggerogoti. Setiap senyum Tante Rina untukku adalah hadiah sekaligus beban.
Aku tahu, semakin lama kami menyimpan rahasia ini, semakin besar risiko yang harus kami tanggung.