Keesokan paginya, Adit bangun dengan ruangan yang kosong. Gita tidak ada. Tak ada jejak sweater, tak ada aroma kulit, tak ada kata perpisahan.
Hanya catatan kecil lain di atas bantal:
“Terima kasih sudah membuat aku merasa hidup. Tapi aku gak bisa jadi milik siapa pun… bahkan diriku sendiri. — Gita”
Adit membaca itu berkali-kali. Tapi tidak menangis.
Dia hanya diam. Karena dia tahu: bukan semua cinta harus dimiliki. Beberapa cinta… cukup dirasakan. Dan itu sudah lebih dari cukup.
EPILOG — Akhir yang Menggantung
Seminggu kemudian, Adit dipulangkan. Kakinya sudah pulih. Tapi hatinya… entah.
Dia mencoba menghubungi Gita, tapi nomor ponselnya tak aktif. Instagram-nya kosong. Semua jejaknya hilang—seolah Gita hanya datang ke hidupnya untuk memberi satu pesan:
Bahwa cinta bisa tumbuh di tempat paling tak terduga… dan bisa pergi sesaat sebelum kamu benar-benar siap melepaskan.
Dan kadang, cinta paling dalam… adalah yang tidak selesai.